Rabu, 29 Januari 2014

Antara Nona M, R, E, dan Tuan H

"Dulu.
ada tiga nona dari negeri seberang :
R : Aku iri sama kalian berdua. Cantik. Setiap ngopi bareng kalian dulu yang dilirik, kalau aku sih, cuma jadi bayangan di belakang kalian.
M : Aku iri sama kalian berdua. Kurus-kurus. Badan ku pipi semua.
E : Aku iri sama kalian berdua. Solihah. Diantara kalian cuma aku yang tidak berjilbab.

Kini.
Nona M sudah kurus. Nona E sudah berjilbab. Tapi Nona R tetap tidak berubah menjadi cantik."

 
Kutipan di atas adalah update status Facebook terbaru teman lama saya. Dalam detik yang sama, saya seakan dilempar pada masa-masa 2-5 tahun ke belakang. Ketika saya (yang dalam kutipan di atas disebut sebagai nona M) menghabiskan hari-hari bersama bergelas-gelas kopi. Tenggelam dalam perbincangan-perbincangan remeh temeh. Yang paling sering memang bersama nona R dan nona E yang juga disebut dalam kutipan itu. Sebenarnya ada satu lagi, tuan H. Hanya, manusia satu ini lebih sering jadi juru foto yang mematung di sudut ruangan. Sibuk dengan buku stetsa. Tapi tanpanya, tiga nona ini merasa tak sempurna, hahahaha (lebay).

Baiklah, kita kembali pada kutipan teman saya di atas. Sebenarnya, saya hampir lupa bahwa bahasan itu sering sekali kami bicarakan. Keirian satu sama lain. Sebab kami mamang tiga pribadi yang sangat berbeda. Seberapa banyak bedanya? banyak sekali pokoknya. Tapi mari kita bicara tentang "keirian" yang ternyata masih kami simpan untuk kasus yang berbeda saat ini. Sebut saja si nona R yang selalu update jadwal petualangannya. Mendaki satu gunung ke gunung yang lain. Bercumbu bersama alam Indonesia dengan segala keliaran dan keindahannya. Oh God, pemandangan itu menyiksa saya. hahaha Maka, nona M ternyata pun sangat iri pada nona R. Jadi nona R, meski Anda merasa tidak cantik, tapi Anda luar biasa keren bagi saya.

Bukan hanya pada nona R, ternyata pesona nona E pun menjadi magnet tersendiri bagi nona M. Berdasar kabar terbaru, si nona E sudah membuka cabang baru untuk kedai mi pedasnya. Bahkan, dia membuat gebrakan baru dengan membuka boot kecil dengan brand menu baru. Katanya sih namanya Noodle Ta-Ke. Well, kurang sukses apa coba perempuan ini? Dan Oh God lagi, saya cemburu. :D

Lantas, apakah nona M melupakan kehadiran tuan H? Tentu saja tidak. Tuan H yang dulu berantakan sekarang jauuuhhhh lebih rapi. Tubuh mungilnya kini berbalut kemeja berwarna-warni. Potongan rambutnya tak lagi acak adul, mungkin sekarang dia juga lebih sering menyisir. Saat kali terakhir nona M ber-chatting ria dengan tuan H, katanya sih dia sudah mulai hidup teratur. Tidur sebelum jam 12 malam karena ada jadwal mengajar pagi. Mengajar? si manusia batu yang lebih sering mematung di setiap agenda ngopi itu bisa mengajar? Yup, dia seorang dosen di sebuah kota nun jauh di sana. Seberapa jauh memang? Jauh banget lah, kalau ke sana harus naik pesawat. Dan lagi lagi Oh God, dosen adalah profesi impian nona M yang emang sedari dulu hobi ngomong di depan banyak orang. Lalu, nona M pun kembali iri. Yang paling mengesalkan adalah membaca update status si tuan H. "Lagi dengerin presentasi mahasiswa", "Ngajar pagi", "Deadline tugas sampai tanggal 5", dan masih banyak lagi. Oh tuan H, tahukah Anda membuat nona M meringis. Mendadak galau.

Intinya, nona M merasa tidak bergerak ke mana-mana. Berhenti di satu titik, melupakan mimpi yang pernah lama sekali menjadi bagian indah dari masa muda kami. Sampai suatu hari nona M ber-chatting ria dengan nona E. Begini kira-kira kata nona E "Pencapaian terhebat seorang perempuan adalah menjadi istri dan ibu". Wow, nona M pun bercermin, "its means me? Secara tidak langsung si nona R pun mengungkap hal yang sama saat saya protes tentang foto2 perjalanan yang sering sekali di unggah di socmed. Seperti ini kira-kira, "Lha kamu pikir aku juga suka baca update statusmu tentang bayi2" Wow lagi, are u envy?

Lalu cerita ini ditutup dengan narasi sederhana yang ditulis tuan H. Tentang dua anak kecil yang memukulinya dengan ceria di sebuah tempat makan cepat saji. Dari tulisan itu terlihat si tuan H sudah sangat mendamba hadirnya keluarga. Anak-anak yang pasti menjadi sumber inspirasinya. Anak-anak? nona M pun melirik bayi mungil yang sedang tertidur pulas setelah menyusu sejam lalu. I have Keenandira.

Lalu suara adzan Subuh berkumandang. Nona M harus segera mengakhiri tulisan ini. "Me time" nya telah berakhir. Dia harus bergegas, menyiapkan segelas kopi untuk memompa energi, mencoba sebaik mungkin melayani Keenandira dan Adityaksa. Di ruang berbeda, masih di bawah langit yang sama, R, E, dan H pun bersiap dengan kehidupannya.

*Kalian hebat, kawan. Saya bangga :)



Surabaya, di ujung Januari #menapak lagi mimpi itu....