Selasa, 18 Desember 2012

Memulai Lebih Dini: Bukan di Januari *

"Sudah berapa lama aku terdiam di sini? Sudah berapa matahari kulewatkan tanpa sekali pun membuka pintu jendela? Sudah berapa pelangi yang berlalu tanpa menggoreskan tinta warnanya di atas atap rumahku? Sudah berapa lama, teman? Sudah seberapa jauh kalian meninggalkanku? Sudah seberapa lama aku meninggalkanmu?"

Siang ini saya merasa aneh. Ada resah yang tiba-tiba menyerang. Entah dari mana asalnya. Yang saya tahu, hari ini saya seperti hidup normal. Bangun pagi, menyiapkan sarapan, dan....."menulis". Saya menulis, "Lagi". Inikah yang saya katakan hidup normal? Lantas, apa yang terjadi dengan hidup saya dua tahun terakhir? Apakah saya tidak hidup normal? Apakah saya cacat sehingga menyatakan bahwa apa yang saya alami hari ini adalah sebuah kelegaan luar biasa.

Terkadang, seseorang perlu melepaskan diri dari jiwa yang melakat lama. Mengakar bertahun-tahun sehingga mampu dikatakan sebagai cermin diri. Maksudnya menjadi orang lain? mungkin. Untuk apa? saya juga tidak punya jawaban pasti akan itu. Tapi, inilah yang terjadi pada saya. sebelum saya menemukan "rumah" ini. Ruang sederhana yang begitu nyaman menjadi tempat tinggal hati.

Karena itu, izinkanlah saya menengok ke belakang sebentar. Pada masa yang terakhir saya sebut "kemarin" dan seterusnya dengan arah mundur. Ada apa di sana? Tentu ada saya. Saya yang "aneh" bagi banyak orang yang mengenal saya dengan dekat. Saya yang hidup dalam bayang-bayang. Saya yang tinggal dalam kotak ketakutan, ketidakyakinan, "kebaikan" yang tidak masuk akal, mimpi-mimpi tidak logis, pikiran-pikiran negatif tentang diri sendiri, dan masih banyak hal lain. 

Sekarang, izinkan saya kembali pada posisi tegak. Pada leher yang tak lagi menengok meski kepala saya masih menunduk. Apa yang saya lihat? Kenyataan hari ini. Kenyataan bahwa tidak banyak yang saya lakukan selama ini. Yang terbanyak adalah meratap. Yang terlama adalah menyesali keadaan, menyesali latar belakang kelahiran, menangisi ketidakmampuan. Tapi tunggu, kenyataan hari ini tidak seluruhnya buruk. Saya melihat kaki saya yang mulai bergerak-gerak pelan. Melangkah.

Lalu, senyum perempuan tuna netra yang saya lihat di salah satu acara Talk Show favorit melintas. Buku-buku yang berjajar rapi di barisan "best seller" di toko buku ternama (namun tak ada satu pun karya saya) membayang. Ada Leiden, taman kanan-kanak, sekolah budaya, rumah menulis, perpustakaan, dan lembar-lembar lainnya satu per satu menyapa saya.

Ini seperti sebuah pertemuan romantis. Perpaduan dua hati yang lama terpisah jarak dan waktu. Bukan karena tak cinta, tidak juga rasa yang telah memudar. Terkadang, perpisahan dan perjalanan membuat seseorang melihat banyak hal di luar dirinya sendiri. Perjalanan menunjukkan sudut-sudut lain yang tak pernah kita ketahui sebelumnya. Dari sana, setelah jiwa kita berkelana, kita akan tahu tentang satu hal: kesejatian. Sesuatu yang sesungguhnya kita mau.

Karena itu, kali ini saya mau mengangkat kepala saya. Memastikan sudut pandang saya benar-benar lurus ke depan. Tidak ke atas agar saya tak lagi mencari sesuatu yang bernama "prestiage". Tidak menatap ke bawah agar saya tidak merasa kelemahan dan ketidaksempurnaan saya sebagai manusia adalah pembatas tebal bagi saya untuk menjadi manusia berguna. Tapi, apakah saya tidak benar-benar menatap ke atas dan ke bawah? Tentu tidak. Saya tentu akan tetap melakukannya. Hanya, segala sesuatu harus sesuai degan porsinya bukan. Sesuatu yang tidak saya ketahui, sampai seseorang mengatakan bahwa saya "berlebihan" dalam beberapa hal.

Hari ini saya resah. Resah menunggu detik-detik saya kembali pada jiwa yang saya tinggal dua tahun ini. Gelisah menanti sebuah pertemuan paling romantis yang pernah saya alami sampai batas ini. Sementara di sudut lain, ada pilu yang meraba hebat saat saya akan meninggalkan raga yang saya tempati dua tahun ini. Raga yang tak bisa saya bahagiakan sepenuhnya. Ruang yang tak pernah mengenal saya. Tapi saya belajar banyak darinya.

Pada akhirnya nanti, saat saya harus mengucap "selamat tinggal" namun tak satu pun merasa berat melepaskan, saat saya kembali dan ternyata saya telah kehilangan segala yang saya miliki sebelumnya, saat saya harus membangun pondasi bangunan ini dari awal lagi, saat itulah saya telah menyatu dengan kesejatian saya. Saya tidak akan berkata muluk. Tidak juga berharap jauh. Saat ini, ketika saya telah tahu apa yang saya mau. Mengerti tentang jiwa seperti apa yang nyaman tinggal di raga saya. Memahami cara yang mampu membuat saya bermakna. Ketika semua itu sama miliki sekarang, ini lebih dari cukup.

Inikah akhir perjalanan saya? Tidak. Saya baru memulai. Awal yang sangat terlambat, tapi belum kedaluwarsa. :)

*Desember

Jumat, 14 September 2012

"Memulai" Yang Sulit

Memulai itu sulit (bagi saya), karena terlalu banyak pertimbangan yang menjadi kambing hitam.
Memulai itu sulit, karena tidak adanya keyakinan yang teguh bahwa sesuatu yang akan saya mulai ini akan menciptakan sebuah hasil yang luar biasa.
Memulai itu sulit, karena ketidakfokusan saya dalam menentukan target tujuan. Akibatnya, saya dibuat bingung sendiri tentang apa yang harus saya mulai lebih dulu. Pertimbangan ini dan itu, keraguan, dan ketidakmampuan melawan rasa malas adalah musuh terbesar saya untuk merealisasikan satu kata ini "memulai"

Dan, tentu harus saya akui bahwa hal-hal itu adalah kebiasaan buruk. Tentu tidak baik, tentu juga tidak mudah untuk menghilangkannya. Tapi tidak mustahil juga untuk mengubahnya bukan? Seperti kata Iwan Fals "Bongkar Kebiasaan Lama". Hahahaha

Selasa, 17 Juli 2012

Ah, akhirnya punya blog juga ^^

Ehmmm, perasaan era blog udah berakhir deh ya. Kok baru sekarang sih buat blog?
Ya, beginilah akibat terlalu gaptek dan gak melek sama perkembangan zaman. Kalau nggak inget
si Dino yang mati konyol karena nggak bisa beradaptasi dengan perubahan bumi, mungkin blog
ini juga gak akan lahir. Terlambat? Mungkin. Tapi, sepertinya lebih baik daripada tidak sama sekali,hehehe

Baiklah, saya juga masih bingung mau nge-post apaan. Yang jelas, hari ini blog saya di-launching dengan tulisan ini. Tunggu postingan saya selanjutnya.xixixix (pede banget bakal banyak yang ngintip ini blog)

Bismillah, pita digunting, kue dipotong. Dan, lahirlah blog pribadi Tsabit Pramita. Selamat datang di dunia nak ^_^ semoga hidupmu bermanfaat.