Senin, 12 Mei 2014

New Look (part 2)

Finish....!!!! Akhirnya kelar juga ngutak-atik ini blog.hahaha Sekarang tampilannya benar-benar sesuai dengan visi, misi, dan segmen untuk tulisan-tulisan di dalamnya nanti. Huraaaaa (dengan gaya Masha). Seneeenggg banget bisa mempercantik blog jadul ini. Awalnya sih pengen langsung bikin website. Tapi rasanya masih terlalu dini untuk saya yang sudah lamaaaaa banget absen nulis. Jari-jari perlu dilemesin dulu deh yaa. hahaha (kumat deh sok nya). Perlu pemanasan dulu deh seminggu dua minggu ini. Semoga semangat nggak kendur yaaa.

Oke dweh segitu aja dulu. Alokasi waktu untuk menulis malam ini habis untuk ngutak atik ini blog. Sesuatu yang dikerjakan orang lain mungkin selesai 30 menit jadi 4 jam sendiri kalau sama orang paling gaptek kayak mitha. hihihi Tapi saya sudah bertekad untuk melawan kegaptekan ini saudara. hahahaha

Well, selamat beristirahat semuanya. ^_^

Kamis, 08 Mei 2014

Horeeee, Tampilan Baruu

Well, akhirnya bisa utak atik desain blog juga. Semoga bisa disiplin nulis lagi. Tampilan baru belum bagus-bagus amat sih. Tapi cukup lumayan lah biar gak bosen. 

Gitu aja dulu deh yaaa...tunggu tulisan-tulisan baru yang lebih fresh yaa. hahaha (sok banget deh). Ne ada baby Kee mau ikutan eksis...:D

Sabtu, 05 April 2014

Ulang Tahun: Kue, Lilin, Kejutan, lalu apa?

Apa yang Anda pikirkan tentang ulang tahun? Kue beraneka warna dengan tumpukan lilin bergerombol? Teman-teman yang mendadak menjadi aneh di hari terakhir menjelang tanggal eksekusi? Kejutan-kejutan istimewa dari pacar, teman, keluarga? Siraman tepung dan guyuran air? Atau bingkisan-bingkisan indah yang berisi benda-benda kesukaan?

Ulang tahun selalu menjadi perayaan sakral dalam hidup sebagian manusia. Saya sebut sebagian. Sebab toh di luar sana ribuan orang tidak sempat mengingat tanggal lahirnya. Hidup mereka terlalu sibuk untuk sekadar memikirkan makanan apa yang bisa mengganjal perutnya. Di atap mana mereka berteduh, dan di emperan toko apa mereka berbaring. Begitulah, hidup selalu memiliki dua sisi. Di waktu yang sama, bahagia dan derita terjadi. Dan memang seharusnya begitu bukan? Karena kita tak pernah menemukan kosakata bahagia tanpa ada kata derita. Permasalahannya saat ini mungkin sudah terlalu banyak manusia yang kebablasan. Mereka enggan memberi satu di antara seratus tawa yang ada di saku celananya. 

Saat remaja, pemahaman tentang ulang tahun yang saya miliki pun berbatas pada kue tart, kado, lilin, kejutan, siraman tepung, guyuran air. Bahkan, secara diam-diam saya selalu menunggu kejutan-kejutan itu.hahahaha Sehari menjelang ulang tahun, bisa dipastikan teman-teman dekat akan bersikap aneh, Mendadak ada masalah, marah-marah, menciptakan fitnah, dan berbagai tindakan yang bertujuan membuat menangis darah.hahahaha Dan cerita drama itu akan berakhir pada guyuran air dan siraman tepung. Kehebohan pun tercipta. Semua bernyanyi lagu "Happy Birthday". Bagi yang punya uang, langsung deh ajak teman-teman sekelas makan di kantin. Dan hari bersejarah dalam kehidupan manusia itu pun berakhir dengan tawa canda. Sudah. Selesai. Tanpa ada perenungan, tanpa ada sebuah persembahan untuk perjuangan yang luar biasa di hari bersejarah tersebut. Seorang perempuan yang dengan bahagia merasakan sakit yang luaaarrrrrr biasaaaaa. Perempuan yang pada akhirnya menjadi pilihan yang kesekian dari sebuah perayaan ulang tahun. Perempuan itu bernama...Ibu.

Sebelum 29 November 2013, pemahaman saya tentang ulang tahun pun masih sama. Sedangkal kue dan lilin. Sekerdil kejutan dan bingkisan. Saya lupa, bahkan mungkin buta, ulang tahun sejatinya adalah perayaan yang saya persembahkan untuk perempuan hebat yang telah menahan sakit yang luaarrrrr biasaaaa untuk menghadirkan saya. Yang setelahnya harus begadang karena tangisan saya. Yang mencuci popok saya. Yang dengan cinta membersihkan kotoran saya. Yang mengajarkan saya bagaimana berdiri dan berlari. Menjaga, melindungi. Memberikan seluruh waktu dan hidupnya. Tanpa pernah dibagi. Tanpa mau diganti.

Lalu, ke mana Ibu di saat perayaan ulang tahun saya selama ini? Saat remaja, saya akan izin pulang sekolah terlambat, untuk sekadar merayakan hari istimewa bersama teman-teman satu genk. Waktu kuliah, saya memilih tidak pulang dengan aladan tugas kuliah, kegiatan organisasi, dan beragam alasan ini itu.

Sementara Ibu, Ibu selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun. Menempuh jarak 3 Km naik sepeda pancal, untuk bisa menemukan warnet, menelepon rumah kos saya. Suaranya serak, hari itu kali pertama saya ulang tahun jauh dari rumah. Saya tahu ibu menahan tangis. Tapi Ibu terlalu pandai menutupi. Sebuah kado ibu titipkan pada seorang teman. Saya membukanya: mukena. Hari itu ulang tahun saya ke-19. Saya tidak pernah tahu. Tidak juga membayangkan. Mukena putih itu adalah kado terakhir Ibu untuk saya. Tuhan membawanya ke surga, 22 hari setelah ulang tahun saya ke-20. Setelah hampir 2 bulan Ibu kehilangan kesadarannya. Anehnya, hari itu, meski tak lagi ingat orang-orang di sekelilingnya, Ibu mengingat tanggal lahir saya. Dan di atas pembaringannya, dia mengucap "selamat ulang tahun ya mbak". Tuhan, dari mana Ibu tahu hari itu tanggal 6 April? Dua bulan Ibu di atas pembaringan, kehilangan sebagian ingatannya, tak ada tanggalan. Dari mana ibu tahu hari itu saya genap berusia 20 tahun?

Delapan tahun setelah hari itu, hanya ada kesedihan yang saya lewati setiap sampai di tanggal ini. Ya, saya tersenyum atas kue dan kejutan sahabat-sahabat saya. Saya tertawa atas bingkisan-bingkisan istimewa. Tapi saya selalu mengakhiri hari dengan pertanyaan yang sama. Tuhan, kenapa aku harus hidup sebatang kara?

Dan akhirnya pemahaman saya berubah. Sejak kapan? hari itu, setelah 24 jam berjuang meregang nyawa. Merasakan sakit yang luaaaarrr biasaaa hebat (semua ibu tentu merasakan ini), untuk menghadirkan bayi cantik lucu, Keenandira. Sejak hari itu saya tahu, sejatinya 6 April bukanlah milik saya. 6 April adalah perayaan untuk perjuangan ibu yang luar biasa. Maka seharusnya saya persembahkan seharian di tanggal itu untuk ibu. Mendengar cerita tentang hari itu darinya, memandang matanya yang menerawang jauh di malam yang sulit. Mengucap banyak terima kasih atas segala cinta dan pengorbanan. Seharusnya saya bersamanya seharian setiap tanggal itu. Hanya dengannya. Lalu, teman-teman? pacar? mereka adalah orang-orang yang beru sekali dalam hidup saya. Bukankah saya bisa memberikan tanggal 7, 8, atau 9 April untuk mereka?

Hari ini, saat Tuhan menyampaikan saya pada pemahaman ini, saya tak lagi punya kesempatan untuk memeluk ibu. Memasak makanan kesukaannya, memberikan sebuket mawar merah untuknya, menghabiskan waktu di sampingnya, mendengar kisah itu dari bibirnya. Hari ketika dia berjuang menghadirkan saya. Tapi hari ini saya memahami, bahwa ada pengorbanan yang luar biasa dalam hidup dan kehidupan saya. Perjuangan yang seharusnya dibayar dengan sangat mahal. Dengan apa? dengan menjadi sebaik-baiknya manusia: yang memiliki manfaat sebanyak-banyaknya bagi sesama. Semoga. 




Sidoarjo, 6 April 2014
00:12 WIB 

*hari ini ulang tahunmu? belilah sebuah hadiah kecil untuk ibumu, habiskan waktu bersamanya. hanya bersamanya. sebelum waktu tak pernah memberi sedetik pun kesempatan itu.


Minggu, 16 Maret 2014

I'm a Mom

"Bagaimana rasanya jadi ibu?" Pertanyaan ini hampir selalu saya berikan pada setiap kunjungan  menjenguk bayi saat masih lajang. Sebuah jawaban pun mengalir. Berbeda-beda. Apakah saya memahami kenapa mata mereka berbinar, senyum mereka menawan setiap cerita dimulai? Tidak terlalu, sampai akhirnya Tuhan memberi saya kesempatan indah itu, hampir empat bulan lalu.

Wow, empat bulan? Sebegitu cepatkah waktu begerak? Semua masih terasa seperti kemarin malam. Ketika manusia kecil itu diambil dari rahim saya, menangis dengan kencang, lalu merangkak pelan di atas dada -mencari sumber kehidupan-. Maka tibalah saya pada satu masa menjadi sumber pertanyaan "Bagaimana menjadi ibu?" Maka izinkan saya menuliskan apa yang ibu-ibu di luar sana rasakan dalam perjalanan mereka merasakan keajaibab-keajaiban dalam hidupnya. Indah yang membuat setiap perempuan berkata "sempurna". Yah, mereka telah sempurna sebagai perempuan.

Namanya Keenandira Qaireen Hayu Adityaksa. Perempuan cantik inilah yang mengubah hidup saya. Di detik pertama saya bertemu dengannya, tidak hentinya saya mengangumi kuasa Tuhan. "Jadi, manusia kecil ini yang hidup di perut saya 9 bulan ini?" pertanyaan konyol, tapi saya tak juga berhenti memandangnya. Merangkak perlahan, mencari sumber kehidupan lain setelah plasenta. Dan dia berhasil menemukannya, mengisapnya dengan sangat rakus.Hahahaha. Mungkin 24 jam perjuangan untuk bertemu dunia membuatnya kelelahan. Lantas saya memegang rambutnya, membelai kulit halusnya, memegang telapak tangan kecilnya. Inikah kehidupan Tuhan? Saya hampir tak bisa mengurai rasa dengan kata. Begitu istimewa. Untuk itulah mata setiap ibu selalu berbinar-binar setiap kali pertanyaan itu diberikan.

Hidup saya berubah? Pasti. Tidak satu detik pun saya lewatkan. Kami mengurus Kee hanya berdua. Tanpa bantuan keluarga, baby sitter, atau tetangga, hehehe. Susah? Iya. Banget? bagi saya yang mengalami persalinan caesar, sangat. Tapi semakin lama semakin menikmati. Buktinya, saya berhasil memiliki sedikit waktu untuk menulis. Huraaaa (dengan gaya Masha) :D

Kee melunakkan keras kepala saya. Menggerakkan saya dengan sangat cepat untuk sesegera mungkin menganalisis kehidupan, membaca trauma masa kecil yang ikut andil  dalam membentuk karakter dan kepribadian aneh saya, untuk kemudian berbenah. Kee membuat saya berhenti bertanya pada kehidupan kenapa saya harus kehilangan orang tua, kenapa saya tidak memiliki keluarga yang bahagia seperti teman-teman saya, kenapa masa kecil saya begitu menyedihkan hingga saya mengalami sedikit gangguan psikis. Kenapa ini dan kenapa itu?

Saya berhenti. Dengan sempurna? Belum. Tidak mudah tentu saja. Namun ketika saya melihat senyum polosnya, yang ada dalam benak saya adalah masa depannya, kehidupannya lima tahun mendatang, sepuluh tahun, bahkan tiga puluh tahun sejak hari ini. Bagaimana hidupnya bergantung pada kepribadian dan karakternya. Pada kesehatan fisik dan psikisnya. Pada iman yang tumbuh subur di jiwanya. Dan siapa yang bisa memastikan dia mendapat semua itu dengan nilai 9 atau bahkan 10? Jawabannya adalah saya.

Saya tidak mau membentuk Tsabit Nur Pramita yang kedua. Tentu saja tidak. Kee memiliki keluarga yang utuh. Dia punya ayah yang mencintainya dengan sungguh. Yang mengumandangkan adzan dan iqomah di dua telinganya, yang menenangkan tangisnya saat ibu masih tak boleh duduk dan banyak bergerak. Sejak awal, Kee mendapatkan apa yang tidak saya dapatkan. Maka tinggal selanjutnya saya meneruskan kebaikan-kebaikan yang diberikan Tuhan padanya.

Bersama kelahiran Kee, hidup saya terlahir kembali. Saya telah memaafkan masa lalu. Memaafkan kehidupan yang saya percaya Tuhan memiliki alasan yang sangat kuat mengapa saya yang dipilih untuk berada di ruang itu. Alasan yang mulai saya temukan, satu per satu, hingga nanti saya temukan yang terbesar. Dan yang terpenting dari semua adalah memaafkan ayah, melupakan ribuan luka yang dia hujam dalam jiwa kecil saya, bertahun silam. Lalu membawa namanya dalam doa-doa saya. Di mana pun dia berada sekarang. 

Menjadi ibu adalah hal terindah dalam hidup saya, dan tentu bagi semua perempuan yang menyandang jabatan ini. Menjadi ibu adalah rasa yang tak pernah bisa kita urai dengan ribuan kata. Cinta yang begitu luar biasa. Energi yang tak pernah habis. Semangat yang tak mengenal kikis
.


Sidoarjo, 17 Maret 2014
04:44

*Semoga Tuhan mensegerakan harapan setiap perempuan yang menginginkan hadirnya manusia kecil dalam rahimnya, untuk kemudian hadir dalam kehidupannya. Amin

Rabu, 29 Januari 2014

Antara Nona M, R, E, dan Tuan H

"Dulu.
ada tiga nona dari negeri seberang :
R : Aku iri sama kalian berdua. Cantik. Setiap ngopi bareng kalian dulu yang dilirik, kalau aku sih, cuma jadi bayangan di belakang kalian.
M : Aku iri sama kalian berdua. Kurus-kurus. Badan ku pipi semua.
E : Aku iri sama kalian berdua. Solihah. Diantara kalian cuma aku yang tidak berjilbab.

Kini.
Nona M sudah kurus. Nona E sudah berjilbab. Tapi Nona R tetap tidak berubah menjadi cantik."

 
Kutipan di atas adalah update status Facebook terbaru teman lama saya. Dalam detik yang sama, saya seakan dilempar pada masa-masa 2-5 tahun ke belakang. Ketika saya (yang dalam kutipan di atas disebut sebagai nona M) menghabiskan hari-hari bersama bergelas-gelas kopi. Tenggelam dalam perbincangan-perbincangan remeh temeh. Yang paling sering memang bersama nona R dan nona E yang juga disebut dalam kutipan itu. Sebenarnya ada satu lagi, tuan H. Hanya, manusia satu ini lebih sering jadi juru foto yang mematung di sudut ruangan. Sibuk dengan buku stetsa. Tapi tanpanya, tiga nona ini merasa tak sempurna, hahahaha (lebay).

Baiklah, kita kembali pada kutipan teman saya di atas. Sebenarnya, saya hampir lupa bahwa bahasan itu sering sekali kami bicarakan. Keirian satu sama lain. Sebab kami mamang tiga pribadi yang sangat berbeda. Seberapa banyak bedanya? banyak sekali pokoknya. Tapi mari kita bicara tentang "keirian" yang ternyata masih kami simpan untuk kasus yang berbeda saat ini. Sebut saja si nona R yang selalu update jadwal petualangannya. Mendaki satu gunung ke gunung yang lain. Bercumbu bersama alam Indonesia dengan segala keliaran dan keindahannya. Oh God, pemandangan itu menyiksa saya. hahaha Maka, nona M ternyata pun sangat iri pada nona R. Jadi nona R, meski Anda merasa tidak cantik, tapi Anda luar biasa keren bagi saya.

Bukan hanya pada nona R, ternyata pesona nona E pun menjadi magnet tersendiri bagi nona M. Berdasar kabar terbaru, si nona E sudah membuka cabang baru untuk kedai mi pedasnya. Bahkan, dia membuat gebrakan baru dengan membuka boot kecil dengan brand menu baru. Katanya sih namanya Noodle Ta-Ke. Well, kurang sukses apa coba perempuan ini? Dan Oh God lagi, saya cemburu. :D

Lantas, apakah nona M melupakan kehadiran tuan H? Tentu saja tidak. Tuan H yang dulu berantakan sekarang jauuuhhhh lebih rapi. Tubuh mungilnya kini berbalut kemeja berwarna-warni. Potongan rambutnya tak lagi acak adul, mungkin sekarang dia juga lebih sering menyisir. Saat kali terakhir nona M ber-chatting ria dengan tuan H, katanya sih dia sudah mulai hidup teratur. Tidur sebelum jam 12 malam karena ada jadwal mengajar pagi. Mengajar? si manusia batu yang lebih sering mematung di setiap agenda ngopi itu bisa mengajar? Yup, dia seorang dosen di sebuah kota nun jauh di sana. Seberapa jauh memang? Jauh banget lah, kalau ke sana harus naik pesawat. Dan lagi lagi Oh God, dosen adalah profesi impian nona M yang emang sedari dulu hobi ngomong di depan banyak orang. Lalu, nona M pun kembali iri. Yang paling mengesalkan adalah membaca update status si tuan H. "Lagi dengerin presentasi mahasiswa", "Ngajar pagi", "Deadline tugas sampai tanggal 5", dan masih banyak lagi. Oh tuan H, tahukah Anda membuat nona M meringis. Mendadak galau.

Intinya, nona M merasa tidak bergerak ke mana-mana. Berhenti di satu titik, melupakan mimpi yang pernah lama sekali menjadi bagian indah dari masa muda kami. Sampai suatu hari nona M ber-chatting ria dengan nona E. Begini kira-kira kata nona E "Pencapaian terhebat seorang perempuan adalah menjadi istri dan ibu". Wow, nona M pun bercermin, "its means me? Secara tidak langsung si nona R pun mengungkap hal yang sama saat saya protes tentang foto2 perjalanan yang sering sekali di unggah di socmed. Seperti ini kira-kira, "Lha kamu pikir aku juga suka baca update statusmu tentang bayi2" Wow lagi, are u envy?

Lalu cerita ini ditutup dengan narasi sederhana yang ditulis tuan H. Tentang dua anak kecil yang memukulinya dengan ceria di sebuah tempat makan cepat saji. Dari tulisan itu terlihat si tuan H sudah sangat mendamba hadirnya keluarga. Anak-anak yang pasti menjadi sumber inspirasinya. Anak-anak? nona M pun melirik bayi mungil yang sedang tertidur pulas setelah menyusu sejam lalu. I have Keenandira.

Lalu suara adzan Subuh berkumandang. Nona M harus segera mengakhiri tulisan ini. "Me time" nya telah berakhir. Dia harus bergegas, menyiapkan segelas kopi untuk memompa energi, mencoba sebaik mungkin melayani Keenandira dan Adityaksa. Di ruang berbeda, masih di bawah langit yang sama, R, E, dan H pun bersiap dengan kehidupannya.

*Kalian hebat, kawan. Saya bangga :)



Surabaya, di ujung Januari #menapak lagi mimpi itu....